A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Dari beberapa pengertian tersebut penulis lebih dapat memahami tentang pengertian ibadah menurut Muhammad bin abdul wahab dalam kitabnya fathul al masjid(syarah kitab tauhid) beliau mengatakan bahwa : Ibadah adalah konsep untuk semua bentuk (perbuatan) yang dicintaidan diridhai oleh allah dari segi perkataan dan perbuatan yang konkret (nyata) dan yang abstrak( tidak nyata / tersembunyi). ( Drs.KH.abdul hakim MAg. Dan Drs. Bani ahmad saebani, MSi. Fiqh ibadah, pustaka setia bandung, hal 62.)
B. Hakikat Ibadah
Hakikat ibadah yang merupakan tugas kehidupan manusia adalah menyembah Allah dan menjahui segala larangannya. Motivasi kita beribadah adalah merasakan bahwa begitu banyak nikmat Allah pada diri kita seperti mata, telinga, rezeki, harta, anak, isteri, dan pendidikan yang menyebabkan kita harus selalu bersyukur pada-Nya. Selain itu, motivasi ibadah juga didasarkan kepada rasa keagungan Allah SWT dan kehebatan-kehebatan-Nya yang dapat dilihat dari ciptaan-Nya di alam semesta ini. Dengan perasaan bahwa nikmat Allah yang begitu besar dan begitu agungnya Allah, maka kita termotivasi mengabdi hanya kepada Allah saja. Ibadah yang dilakukan hendaknya merupakan wujud dari penghinaan diri, cinta, dan ketundukan manusia pada Rabb-Nya. Ibadah memiliki berbagai tingkatan yang menentukan hasil ibadah itu sendiri di sisi Allah. Ibadah tanpa diikuti dengan kecintaan dan ketundukan akan menjadikan ibadah sia-sia dan kurang bermakna bagi kehidupan individu tersebut. Begitu pula ibadah tanpa rasa penghinaan diri. Ibadah yang menambah kemantapan apabila dilakukan dengan penuh rasa takut dan harap. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah dilakukan secara khusyuk. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Seorang cendikiwan ,muslim dari Indonesia yaitu hasbi ash shiddiqi megemukakan bahwa hakikat ibadah adalah: Ketundukunan jiwa yang timbul dari hati yang merasakan cinta terhadap tuhan yang disembah dan merasakan kebesarannya,berkeyakinan bahwa bagi ala mini adanya penguasanya yang tidak dapat diketahui akala hakikatnya.(Fiqh ibadah,hal 5)
C. Ruang lingkup ibadah
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali.yaitu merangkumi setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam, Islam sendiri amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi mencapai keredhaanNya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membataskan ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu sahaja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan amal dan persediaan bekalan bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Hakikat ini ditegaskan oleh Allah di dalam Al-Quran: Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat). (Al-Mulk:2) Oleh itu ruang lingkup ibadah dalam Islam sangat luas. Ia adalah seluas tempoh hayat seseorang Muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja amal yang diredhai oleh Allah dalam tempoh tersebut.
D. Rahasia Ibadah Dalam Alquran,
Allah dengan tegas menyatakan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah beribadah kepada-Nya (QS 5 : 56).Dan kedudukan ibadah itu sendiri,pada gilirannya,tidak hanya menjadi tugas yang harus ditunaikan oleh manusia sebagai makhluk Allah.Ibadah sekaligus merupakan sarana pemenuhan pribadi agar manusia bisa mencapai tingkatan manusia paripurna (al-insan al-kamil). Sesungguhnyalah,ada banyak rahasia agung dan hikmah mulia yang terkandung dalam berbagai ibadah yang diwajibkan Allah atas manusia.Hanya saja,manusia tidak bisa mengetahuinya dengan pasti dan tepat.Allah telah menetapkan tujuan utama penetapan syariat (maqashid asy syari'ah) demi kemaslahatan manusia itu sendiri.Dengan demikian,setiap orang bisa merenungkan dan memikirkan untaian mutiara hikmah dalam syariat Islam.
E. Hubungan ibadah dengan iman
Hubungan antara ibadah dengan iman sangat erat dan antara satu sama lain tidak dapat di pisahkan . ibdah merupakan amal sholeh sedangkan amal shaleh merupkan implementasi dari iman kepada allah. Di dalam Al- qur’an di jelaskan bahwa meyebutkan orang yang beriman bareng dengan orang yang beramala shaleh. Yaitu si surat Al-Ashr. Dalam ibadah itu sendiri tidak cukup hanya menggunakan akal dan hati, tapi semua itu harus didasari dengan keimanan (pada Allah dan contoh Rasul). orang yg dominan menggunakan akal dalam beribadah maka mereka akan cenderung pada liberal, sedangkan orang yg mendominankan hati dalam ibadah maka akan cenderung pada amalan-amalan yang melenceng dari akidah. Tapi orang yg mengandalkan keimanan dalam ibadah (iman pada Allah dan Rasul) terlepas dari ibadah yg masuk akal dan yang tidak masuk akal maupun ibadah yang disandarkan pada hati, insya Allah akan lebih selamat. Tapi orang yg menyandarkan keimanan sebagai dasar dan melengkapinya dengan akal dan menghiasinya dengan hati, insya Allah semoga mereka mendapatkan Ridho dari Allah.
F. Tujuan Ibadah
Bisa kita katakna tujuan ibadah itu bermacam ragam bentuknya, tergantung pada individu-individu itu sendiri, ada yang menginggiknan mendapat kebahagiaan di akhirat ada juga yang mengingginkan masuk surga, dan lain sebagainya. Adapun tujuan yang mendasar (pokok) di dalam Ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada Yang Mahaesa, Tuhan yang disembah, dan mengesakan-Nya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan, hal itu diikuti tujuan penyembahan guna memeperoleh kedudukan di akhirat, Termasuk dalam tujuan-tujuan yang mengikuti ibadah adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah. Seluruh ibadah mempunyai fungsi termasuk memperoleh keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab neraka. Tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah, hiasan Akhlaq dan budi pekerti. pesan moralnya adalah, Ibadah yang kita lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan. semestinya, dengan sering dan rajinnya kita shalat, maka muncullah ketawadhu’an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, Takhliyyah / tazkiyatul qolbi yakni kebersihan hati, maksudnya adalah, Ibadah yang kita lakukan, shalat, puasa, Hajji, dlsb. Hendaknya itu semua mampu membersihkan diri kita dari berbagai macam penyakit hati, mampu mensucikan diri kita dari kotoran jiwa, dari virus virus qolbu yang sangat berbahaya dalam kehidupan. diharapkan dengan rajinnya kita shalat maka bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan seringnya kita puasa maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya berzakat / shadaqoh berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita.
G. Macam- Macam Ibadah
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam keta-atan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur'an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha' -Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya. Macam- macam ibadah antara lain : a. Dari segi ruang lingkupya 1. Ibadah khasanah yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya secara khusus ditetapkan oleh nash, seperti zakat, shalat,puasa, haji dan yang lainya. 2. ibadah amah yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena allah (ikhlas ) seperti makan,minum,bekerja amara ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang lain. b. dari segi bntuk dan sifatnya Salah satu dari macam ibadah yang di bagi dari bentuk dan sifatnya adalah: 1. ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah ( istighfar, tasbih,tahmid0 berdo’a. 2. ibadah yang berupqa perbuatan yang tidak disifati dengan suatu sifat seperti menolong orang. c. Dari segi sifat waktu keadaan dan rukunya. Salah satu dari pembagian ini adlah : 1. muadda yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan syara’. Ibadah tersebut dilakukan pada waktu yang ditetapkan itu untuk pertama kalinya buka n sebai pengulangan. 2. maqdhi yaitu ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang ditentukan syara’ ibadah ini bersifat sebgai pengganti yang tertinggal baik disegaja atau tidak, seperti karena sakit. Dan masih banyak lagi tentang pembaigian ibadah, Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti ti-dur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi'ar-syi'ar yang biasa dikenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar